Selasa, 10 Februari 2015

Kontradiksi Implementasi Pemberdayaan KAKB Bagi Komunitas Waria




    NAMA    : RIKZA ABDUR ROUF
    NIM         : 14/364709/SP/26169
 
 
TUGAS INDIVIDU
MATA KULIAH ILMU SOSIAL DASAR

REVIEW FISIPOL’S RESEARCH DAYS 2014
9 Desember 2014

Kontradiksi Implementasi Pemberdayaan KAKB
(Keluarga Asuh Keluarga Binangun) Bagi Komunitas Waria

Pada kesempatan kali ini saya akan berusaha meresume atau mereview mengenai penelitian yang telah dipaparka oleh saudari Mutiara Ilma Islami tentang implementasi pemberdayaan KAKB bagi komunitas waria. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta.
Mengenai latar belakang tentang penelitian ini, menurut peneliti mengatakan bahwa waria tersebut merupakan bagian dari PMKS dan juga bagian dari MDGs. Pertumbuhan waria sendiri yang dibilang positif atau meningkat namun kontradiksi terhadap ruang hidupnya di masyarakat. Dari latar belakang ini muncul pertanyaan besar mengapa waria-waria itu masih turun jalan padahal sudah ada program KAKB ?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan studi kasus. Adapun pengambilan informannya sendiri dari lima anggota KAKB Komunitas Waria dan triangulasi kepada pihak pengurus PKBI (selaku fasilitator pemberdayaan), Pihak Dinas Koperasi dan UMKM Kulon Progo, Tim Pembina Posdaya Kulon Progo, dan Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintah Desa dan Keluarga Bencana.
Pada pemaparan penelitian ini, peneliti menjelaskan bahwa adanya komunitas waria ini dapat menjadi sebuah wadah atau ruang bagi para waria tersebut. Karena dalam kehidupan di masyarakat sendiri para waria tersebut kurang mendapatkan tempat untuk dapat menyatu dan bersosialisasi secara  normal, sehingga dengan adanya komunitas waria mereka dapat berbagi antara satu dengan yang lain. Sedangkan posisi PKBI dalam hal ini sebagai jembatan yang menghubungkan antara waria-waria tersebut dengan masyarakat.
Menurut penelitiannya, waria-waria yang dijadikan objek peneliti itu bukan saja berasal dari Kulon Progo, tetapi juga berasal dari luar Kulon Progo. Alasan mengapa para waria tersebut lebih memilih Kulon Progo sebagai tempat aksinya menurut sumber karena Kulon Progo sendiri dalam hal persaingan antar waria sangat rendah dan sebagian mengatakan Kulon Progo sendiri membuat nyaman bagi mereka. Untuk latar belakang waria tersebut tidak seluruhnya memiliki pendidikan SD atau SMP namun sebagian dari mereka ada yang berpendidikan SMA dan SMK.
Dalam hal pemberdayaan untuk para waria sendiri dari program KAKB mengalami kegagalan untuk membuat para waria tersebut berhenti mengamen. Hal itu dikarenakan  oleh dua kebijakan yaitu policy content dan policy context.
Policy content menunjuk pada keempat stakeholders (PKBI Kulon Progo, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Bank Mandiri, dan Posdaya) dalam proses pemberdayaannya memiliki kepentingan masing-masing. Dan pengembangan KAKB itu sendiri lebih mendekati pendekatan charity tanpa proses pengembangan kapasitas dan kesadaran kritis. Sedangkan pada policy context menunjuk rendahnya rasa kesadaran waria terhadap pemberdayaan KAKB yang disebabkan oleh identifikasi parsial dalam pengambilan keputusan pemerintah. Di sisi lain rapuhnya komitmen pelaksana program KAKB komunitas waria tersebut disebabkan oleh tidak adanya pertumbuhan kemandirian yang kritis, peningkatan pertumbuhan ekonomi tanpa dibarengi oleh peningkatan kemampuan, dan tidak adanya inovasi terhadap program tersebut.
Kesimpulan dari pemaparan penelitian ini adalah penyebab para waria yang masih turun jalan disebabkan karena masih rendahnya rasa kepemilikian para waria tersebut terhadap program pemberdayaan KAKB. Adanya simbiosis mutualisme yang aktif untuk mempermudah pencapaian kepentingan masing-masing sangat diperlukan.

PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP KESENIAN DAERAH DAN NILAI BUDAYA BANGSA INDONESIA



MAKALAH
PENGARUH GLOBALISASI
 TERHADAP KESENIAN DAN NILAI BUDAYA BANGSA INDONESIA
RIKZA ABDUR ROUF

BAB I
PENDAHULUAN

       I.            Latar Belakang
Saat ini kita hidup di zaman yang bisa dikatakan serba canggih. Teknologi berkembang dengan cepat membuat informasi-informasi dari belahan dunia manapun dapat kita peroleh dengan mudah dengan adanya teknologi yang canggih tersebut. Misalnya telepon genggam atau ponsel, tablet, dan internet. Semua contoh-contoh tersebut merupakan salah satu dampak dari adanya globalisasi.
Globalisasi seakan-akan telah membuat dunia semakin sempit yang dalam hal ini kita dapat melihat betapa mudahnya suatu bangsa berhubungan dengan bangsa yang lain di belahan dunia manapun. Hal ini tentunya akan membawa dampak tersendiri bagi negara-negara yang terkena arus globalisasi. Dampak-dampak tersebut dapat kita lihat baik di bidang politik, sosial, dan budaya. Dan pada kesempatan kali ini saya akan berusaha menjelaskan bagaimana globalisasi dapat membawa pengaruh tersendiri bagi kebudayaan di Indonesia. Kebudayaan dalam konteks ini berupa hasil karya cipta manusia yang berbentuk kesenian daerah seperti tarian tradisional, batik, lagu-lagu daerah dan sebagainya dan nilai-nilai kebudayaan yang ada di dalamnya. Sebagaimana kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam bentuk kesenian daerah mulai dari Sabang sampai Merauke. Namun masalahnya saat ini adalah kesenian-kesenian darah tersebut mulai terancam akibat pengaruh globalisasi. Indoneisa sendiri merupakan negara yang tak terpisahkan dari globalisasi yang otomatis sedikit banyak terkena pengaruh dar globalisasi tersebut.
Disisi lain penduduk Indonesia khususnya para anak muda kini telah berada dibawah pengaruh berkembangnya gadget dan internet. Salah satu bentuk dari kemajuan  teknologi yang dimana dengan alat ini kita dapat berkenalan dengan orang lain yang berada dibelahan dunia lain melalui situs sosial media seperti facebook dan twitter. Dengan adanya gadget tersebut seseorang juga dapat mencari segala bentuk informasi baik itu tentang musik, pendidikan, dan gaya hidup orang-orang luar negeri dengan mudahnya. Dan jika kita melihat realitas kehidupan anak-anak muda sekarang, dimana gaya hidup anak muda di Indonesia kini tengah menuju pada gaya  hidup yang kebarat-baratan, membuat nilai-nilai kebudayaan Indonesia mulai mengalami pergeseran. Sebagai bukti, kita dapat mengamati hiruk-pikuk kehidupan anak muda di perkotaan yang penuh dengan modernitas dan hiburan. Mall dan diskotik dijadikan sebagai tempat hiburan, pergaulan bebas pun terjadi dimana-mana,  dan gaya hidup yang hedon juga turut mewarnai kehidupan anak muda Indonesia sekarang. Adakah anak muda sekarang yang masih semangat belajar seni tari daerahnya? Jika ada, apakah jumlah anak muda yang semangat belajar seni tari daerahnya lebih besar dengan anak muda yang menghabiskan waktunya untuk peri ke Mall atau tempat hiburan yang lain ?. Tentu saja dengan melihat fenomena-feniomena yang sekarang sedang terjadi dalam masyarakat Indonesia khususnya para anak muda dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Hal-hal yang demikian itulah yang dapat membuat kesenian daerah  yang begitu beragam kini mulai sirna karena pengaruh globalisasi.
Dalam makalah ini, akan dijelaskan secara lebih lanjut bagaimana globalisasi mempengaruhi kesenian daerah dan nilai-nilai kebudayaan  secara lebih luas dann apakah dampak yang dapat ditimbulkan dari globalisasi ini terhadap kebudayaan Indonesia dalam bentuk kesenian daerah dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnnya baik itu dari segi positif dan negatifnya.  Serta  bagaimana hal yang seharusnya dapat dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk tetap melestarikan kesenian daerah dan mempertahankan nilai-nilai kebudyaan tersebut di tengah pusaran globalisasi. Meskipun pada dasarnya kesenian daerah Indonesia itu beragam akan tetapi tetap dalam satu kesatuan budaya Indonesia yang mana cara melestarikannya pun juga dapat dikatakan hampir sama.

    II.            Rumusan Masalah
1.      Bagaimana globalisasi mempengaruhi kebudayaan Indonesia yang berupa kesenian daerah dan nilai-nilai budayanya ?
2.      Apa saja dampak positif dan negatif dari adanya globalisasi bagi kesenian daerah dan nilai-nilai budaya tersebut?
3.      Tindakan apa yang dapat dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk tetap melestarikan kesenian daerah dan nilai-nilai budaya bangsa di tengah pusaran globalisasi ?

 III.            Tujuan Makalah
1.      Untuk mengetahui bagaimana globalisasi memengaruhi kebudayaan Indonesia dan bagaimana bentuk-bentuk pengaruhnya.
2.      Untuk mendeskripsikan dampak positif dan negatif globalisasi bagi kebudayaan Indonesia
3.      Untuk menjelaskan tindakan apa yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk tetap melestarikan kebudayaan Indonesia

 IV.            Manfaat Makalah
1.      Untuk menambah wawasan pembaca tentang globalisasi dan pengaruhnya terhadap kebudayaan Indonesia dalam kontek kesenian daerah dan nilai-nilai budaya.
2.      Untuk dijadikan salah satu pedoman bagi pembaca dalam menghadapi globalisasi yang dapat memengaruhi eksistensi kebudayaan Indonesia dalam lingkup kesenian daerah dan nilai-nilai budaya.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Pada bagian ini, karya tulis ilmiah yang saya review dan juda saya jadikan sebagai acuan dalam makalah yang aka saya bahas kali ini adalah sebuah buku karya B. Suhartini yang berjudul “Perspektif Global”.
Buku ini pada dasarnya membahas tentang globalisasi secara umum dan dilihat dari berbagai perspektif. Namun pada  salah satu bab dari buku ini menjelaskan tentang Globalisasi dan Budaya. Pada bab ini penulis lebih menyampaikan pendapatnya bahwa globalisasi yang terjadi di era modern ini mengakibatkan perubahan budaya di Indonesia. Melalui kemajuan teknologi, telekomunikasi, dan transportasi dari negara-negara barat membuat berubahnya budaya masyarakat Indonesia yang semula tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma sosial. Penulis juga menjelaskan bahwa dalam hal ini globalisasi lebih memberikan dampak negatif terhadap kebudayaan Indonesia berupa kesenian tradisional dari pada dampak positifnya.  Lebih jelasnya karena perubahan sosial yang hadir sebagai akibat dari proses industrialisasi, sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi membuat kesenian Indonesia bergeser ke arah berdimensi komersial dan kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya (Suhartini, 2011:112).
Penulis juga menyingung peran pemerintah yang dirasa kurang memerhatikan kesenian daerah. Menurutnya pemerintah cenderung mementingkan pembangunan ekonomi semata sehingga perkembangan kesenian daerah dituntut menyesuaikan dengan pembangunan yang sehingga kesenian tersebut tidak dapat berkembang secara alami. Dalam buku ini penulis juga tidak lupa menjelaskan peran yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah kesenian daerah tersebut dari pengaruh negatif globalisasi. Akan tetapi penulis tidak menjelaskan secara jelas seperti apa peran yang dapat dilakukan oleh pemerintah. Seperti yang dikatakan Suhartini (2011:120) “Selain itu mengembalikan peran aparat pemerintah sebagai pengayom dan pelindung, dan bukan sebaliknya justru menghancurkannya demi kekuasaan dan pengembangan yang berorientasi pada dana-dana proyek atau dana-dana untuk pembangunan dalam bidang ekonomi saja”. Selain itu penulis juga tidak menjelaskan peran yang dapat dilakukan oleh pihak-pihak lain untuk mengatasi masalah kesenian daerah ini dari pengaruh negatif globalisasi seperti peran dari pihak lembaga-lembaga swasta atau dari masyarakat itu sendiri sebagai generasi penerus kesenian tradisional tersebut.


BAB III
KERANGKA TEORI

1.        Globalisasi berasalah dari dua kata “global” dan “isasi”. Global artinya mendunia dan isasi bermakna proses. Jika disimpulkan secara lebih luas makna globalisasi yaitu suatu proses perubahan sosial berupa bertambahnya keterkaitan diantara masyarakat dan elemen-elemennya yang terjadi akibat transkulturasi dan perkembangan teknologi berupa informasi dan transportasi yang memfasilitasi pertukaran budaya dan ekonomi internasional.
Menurut pendapat Cohen dan Kennedy menyatakan bahwa globalisasi adalah seperangkat transformasi yang saling memperkuat dunia, yang meliputi hal-hal berikut :
a.       Perubahan dalam konsep ruang dan waktu
b.      Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan, pembagian pekerjaan yang baru secara internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO)
c.       Peningkatan interaksi kultural melaluui  perkembangan media (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olahraga
d.      Meningkatnya masalah bersama. Sep erti masalah penyebaran virus HIV/AIDS, human traficking, inflasi, dan masalah sosial dan ekonomi lainnya.

2.        Kata “kebudayaan” berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata budhi yang berarti budi atau akal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa “kebudayan” berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan akal.
Menurut Koentjoroningrat, budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, rasa, dan karsa, sedangkan kebudayaan adalah hasil cipta, rasa, dan karsa itu. Lebih jelasnya, Sujarwa (2001:10) Cipta adalah kerinduan manusia untuk mengetahui rahasia segala hal yang ada dalam pengalamannya, yang meliputi pengalaman lahir dan batin,  hasil cipta tersebut berupa berbagai ilmu pengetahuan. Karsa merupakan kerinduan manusia untuk menginsyai tentang “sangkan paran” ; dari mana manusia itu sebelum lahir (sangkan), dan kemana manusia itu sesudah mati (paran). Rasa adalah kerinduan manusia akan keindahan, sehingga menimbulkan dorongan untuk menikmati keindahan.
Mengenai wujud kebudayaan itu sendiri menurut J.J. Honigmann dapat dibedakan berdasarkan gejalanya, yaitu ideas, activities, dan artifact.
Sedangkan menurut Koentjoroningrat wujud kebudayaan dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
a.       Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya.
b.      Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
c.       Wujud kebudayan sebagai benda-benda hasil karya manusia



BAB IV
PEMBAHASAN

A.      Globalisasi dan Pengaruhnya dalam Kesenian Daerah dan Nilai-Nilai Budaya Indonesia
Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya yang sangat tinggi[1]. Keanekaragaman atau kemajemukan kebudayaan Indonesia tidak terlepas dari masyarakat atau penduduk Indonesia itu sendiri yang bersifat heterogen. Berasal dari nenek moyang yang sama yaitu dari orang-orang Yunan, datang ke Indonesia dan mendiami pulau-pulau yang ada diseluruh wilayah Indonesia[2]. Kondisi geografis Indonesia yang berpulau-pulau dan dikelilingi oleh lautan yang sangat luas mengakibatkan penduduk-penduduk yag tinggal di pulau-pulau tersebut menjadi terisolasi. Interaksi dan komunikasi yang terjadi antara satu dengan yang lainnya kemudian membentuk suatu kebiasaan. Dan pada akhirnya menjadi sebuah kebudayaan yang berbeda antara pulau satu dengan pulau lain. Bahkan antara daerah satu dengan daerah lain dalam satu pulau. Hal itu bisa terjadi mengingat kondisi geografis Indonesia itu sendiri yang tidak hanya dikelilingi oleh lautan yang luas tetapi juga oleh gunung-gunung, sungai, dan hutan.  
Dan sampai sekarang ini, kita bisa melihat betapa beragamnya kebudayan Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke. Misalnya di Daerah Istimewa Yogyakarta, setiap hari-hari besar atau hari-hari tertentu kita bisa menyaksikan acara-acara seperti sekaten, pawai budaya, wayang, grebeg maulaud dan acara-acara kesenian daerah lainnya yang tentu hal ini merupakan  bagian dari kebudayaan Indonesia yang tak ternilai harganya. Di bidang yang lain, kebudayaan Indonesia juga tidak terlepas dengan nilai-nilai budaya yang ada di dalamnya. Nilai-nilai budaya tersebut melekat dan mempengaruhi perilaku kehidupan masyarakat Indonesia. Dan antara satu daerah dengan daerah lain tentu ada yang memiliki nilai-nilai budaya yang berbeda. Misalnya nilai-nilai budaya masyarakat Jawa yang masih memegang teguh nilai kesopanan dalam berpakaian berbeda dengan masyarakat Papua yang berpakaian terbuka. Perbedaan nilai-nilai budaya tersebut sejatinya dapat menambah khazanah kebudayaan Indonesia menjadi lebih indah dan unik.
Namun dewasa ini kebudayan Indonesia yang berupa kesenian daerah dan nilai-nilai budaya  tersebut nampaknya tengah mengalami kondisi yang menuntut kita semua untuk memberikan perhatian khusus terhadap eksistensi kebudayaan Indonesia ini. Hal ini tak lain dan tak bukan disebabkan oleh globalisasi. Sebuah sistem kehidupan modern yang membawa pengaruh besar bagi seluruh negara yang ada di dunia ini tanpa terkecuali. Globalisasi bagaikan virus yang menyebar begitu cepat, hal ini juga didukung oleh adanya liberalisasi di dalamnya. Kemajuan teknologi dan informasi merupakan pendukung terbesar mengapa sebuah globalisasi berkembang begitu cepatnya. Pesawat, kereta api, mobil, dan alat transportasi lainnya dengan segala bentuk fasilitasnya membuat seseorang dapat berpergian kemanapun dengan mudah dan cepat. Berwisata ke negara lain, belajar atau kuliah di luar negeri, atau melakukan urusan bisnis ke negara lain sudah menjadi hal biasa yang dilakukan oleh masyarakat zaman millenium sekarang ini dengan bantuan alat transportasi tersebut. Ketika orang-orang menetap di negara lain baik sementara ataupun untuk jangka waktu yang lama misalnya karena urusan bisnis atau kuliah tadi setidaknya telah membuat orang tersebut harus beradaptasi dengan lingkungan barunya, termasuk kebudayaan setempat.  Dan saat orang-orang tersebut akhirnya berhasil menyatu dengan kebudayaan barunya dan kemudian membawanya pulang ke tanah air tidak menutup kemungkinan kebudayaan baru tersebut akan bertolak belakang dengan kebudayaan yang ada di tanah airnya. Sehingga hal itu bisa menimbulkan kegoncangan budaya atau culture shock yang pada akhirnya membuat budaya asli akan tergeser[3], termasuk dalam hal ini kesenian daerah dan nilai-nilai budaya bangsa.
Kita tahu bahwa kebudayaan Indonesia yang berupa kesenian daerah tersebut sangat berbeda dengan yang dimiliki oleh negara lain. Termasuk juga nilai budaya dan norma yang terdapat di dalamnya. Nilai dalam hal ini merupakan nilai immaterial yang berupa ideologi. Ideologi bangsa Indonesia adalah Pancasila yang memuat lima sila yang masing-masing memiliki nilai-nilai tersendiri untuk mengatur tata perilaku masyarakat Indonesia. Dan disini kebudayaan Indonesia merupakan dasar bagi lahirnya nilai-nilai yang terdapat dalam ke-lima sila tersebut. Sedangkan norma berkaitan dengan tindakan-tindakan yang dibenarkan untuk mengatur hubungan masyarakat. Dan posisi kebudayaan dalam hal ini   adalah sebagai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Jadi jika suatu kebudayaan mengalami goncangan akibat masuknya kebudayaan lain yang tidak sesuai maka akan berimbas juga pada sistem nilai budaya dan norma tersebut. Contohnya perkembangan mode pakaian yang sekarang ini lagi trend dikalangan anak muda khususnya yang tinggal di perkotaan, menjadikan pemakaian baju yang terbuka atau ketat menjadi hal yang sudah biasa di kehidupan kota. Namun jika model pakaian tadi dibawa di daerah pedesaan pasti akan dipandang kurang pantas atau kurang sopan. Karena  pada dasarnya penduduk di desa masih memegang norma kesopanan yang sesungguhnya atau dalam konteks ini kesopanan menurut budaya timur.
Faktor lain dari adanya globalisasi yang memengaruhi eksistensi kesenian daerah sebagai bagian dari  budaya bangsa adalah adanya perkembangan informasi. Kemajuan teknologi seperti handphone, tablet, dan internet merupakan faktor utama yang mendukung adanya perkembangan informasi secara cepat.  Seseorang yang berada di suatu negara dapat berkomunikasi dengan mudah dengan orang lain yang ada di negara lain karena kemajuan teknologi tadi. Informasi seperti berita olahraga, gaya hidup, model pakaian yang lagi trend di suatu negara, dan informasi-informasi lain dari belahan dunia yang berbeda  dapat dijangkau dengan cepat dan mudah juga karena majunya teknologi internet dan alat komunikasi. Dan sekarang yang lagi booming adalah sosial media seperti facebook, twitter, instagram, dan sebagainya. Dengan menggunakan situs sosial media tersebut seseorang dapat berkomunikasi dengan mudah dan cepat dengan orang lain yang ada di belahan dunia manapun. Tidak hanya itu melalui situs sosial ini sseorang juga dengan mudah mengikuti trend yang sedang bekembang.  Misalnya musik, fashion, produk aksesoris dan sebagainya.  
Namun tanpa disadari majunya teknologi dan internet seperti yang telah saya jelaskan diatas dapat mengancam eksistensi kesenian daerah di Indonesia. Khususnya para anak muda yang menjadi pengguna terbesar teknologi tersebut. Mungkin contoh kasus yang demikian dapat kita temukan dengan mudah di sekitar lingkungan kita. Atau bisa kita tanya pada diri kita sendiri sebagai mahasiswa dan juga sebagai representasi anak muda sekarang. Apakah kita lebih familiar dengan musik atau lagu-lagu dari barat ataukah lagu-lagu daerah milik kita sendiri? Seberapa jauhkah kita mengenal atau paling tidak mengetahui kesenian milik daerah kita sendiri seperti tarian daerah?
Tentu pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah jelas tergambar jawabannya. Kita bisa melihat masih banyak kah anak-anak muda sekarang yang masih memelajari seni tarian daerahnya misalnya.  Tentu jumlahnya sangat sedikit dan bahkan mungkin menurun secara kualitas maupun kuantitas. Padahal tarian tersebut merupakan salah satu kebudayaan yang patut kita lestarikan dan jangan sampai kebudayaan tersebut diambil alih dan diakui oleh negara lain sebagai kebudayaannnya. Contoh lain yang dapat kita lihat dan rasakan adalah  pmelalui program-program di televisi yang dari tahun ke tahun semakin beragam.  Sekarang ini, stasiun-stasiun televisi di Indonesia kebanyakan menyiarkan acara-acara yang bernuansa hiburan seperti acara musik, sinetron, dan acara reality show. Baik itu dari Indonesia sendiri  maupun acara-acara TV yang diadopsi dari luar negeri. Melalui tayangan-tayangan tersebut secara tidak langsung memberikan pengaruh tersendiri khususnya terhadap nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia. Dalam hal ini pengaruh tersebut dapat berupa cara bergaul anak remaja sekarang yang sudah tidak sesuai dengan nila-nilai yang terdapat dalam kebudayaan Indonesia tersebut. Karena sebagaimana kita ketahui bahwa acara-acara TV tersebut cenderung diminati oleh para remaja bahkan termasuk anak-anak. Dan secara perlahan-lahan acara-acara TV tersebut membuat para remaja khususnya menjadi tidak mengenal kebudayaannya sendiri. Dahulu stasiun-stasiun TV masih menyiarkan acara kesenian daearah di Indonesia  Indonesia seperti wayang dan ludruk. Namun sekarang ini acara-acara tersebut sudah hilang dan tak pernah disiarkan kembali. Padahal dengan menyiarkan acara-acara kesenian tersebut dapat menjadi suatu cara untuk tetap melestarikan dan memperkenalkan kesenian tersebut kepada generasi sekarang dan yang akan datang.

B.       Dampak Globalisasi terhadap Kesenian Daerah dan Nilai-Nilai Budaya Indonesia
1.      Dampak Positif  Globalisasi
Terlepas dari semua sisi negatif globalisasi terhadap kesenian daerah dan nilai-nilai budaya Indonesia, globalisasi dalam praktiknya pasti juga memiliki dampak positif bagi kebudayaan bangsa tersebut. Hanya saja hal itu tergantung pada sikap kita dalam menyikapi setiap bentuk dari globalisasi tersebut. Sebagai makhluk yang berakal tentunya kita dibekali pengetahuan tentang mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk, baik untuk kita sendiri maupun untuk orang lain. Begitu juga terhadap sistem globalisasi ini, dengan Local Genius yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita dahulu, kita diharapkan dengan cemat dapat menyaring setiap pengaruh dari luar tersebut untuk disesuaikan dengan nilai dan budaya bangsa kita.[4] Tujuannya agar kita juga dapat mengambil manfaat dari globalisasi ini untuk perkembangan dan kemajuan kebudayaan bangsa kita khususnya bagi kesenian daerah kita.
Beberapa pengaruh positif dari globalisasi terhadap kesenian daerah kita adalah dapat memperkenalkan kesenian-kesenian daerah kita kepada masyarakat dunia. Kita tahu bahwa sekarang teknologi sangat berkembang dengan pesat, dan dari pesatnya perkembangan teknologi tersebut informasi-informasi pun dapat berkembang dengan pesat dan cepat pula. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi seperti internet, sosial media,  dan telekomunikasi tersebut kesenian-kesenian daerah kita yang beragam dan memliki ciri yang unik itu dapat kita promosikan kepada masyarakat di belahan dunia manapun. Melalui hal tersebut masyarakat di seluruh dunia akan  mengetahui tentang kesenian daerah kita  dan akan tertarik untuk berkunjung ke negara kita, baik untuk sekedar melihat keunikan dan keindahan kesenian daerah kita  atau bahkan turut mempelajari dan meneliti tentang kesenian daerah kita tersebut. Sehingga dengan adanya hal tersebut secara tidak langsung globalisasi juga memberikan dampak positif terhadap meningkatnya pendapatan negara karena kedatangan para turis tersebut ke negara kita.
Pengaruh positif  lain dari adanya globalisasi terhadap kesenian daerah kita  adalah menambah kekayaaan atau khazanah budaya bangsa. Sebagaimana kita ketahui bahwa globalisasi sangat memungkinkan terjadinya asimilasi dan akulturasi budaya antara budaya bangsa Indonesia dengan budaya lain. Dan tak menutup kemungkinan akan terjadi akulturasi dan asimilasi terhadap kesenian daerah kita dengan kesenian daerah dari negara lain. Contohnya disini adalah  akulturasi kesenian batik Indonesia dengan mode pakaian modern dari negara barat. Saat ini batik memang menjadi primadona di Indonesia, khusunya di kalangan para remaja. Berbagai bentuk model pakaian yang bergaya barat kini dipadukan dengan motif batik yang kaya akan jenis motifnya, yang hasilnya tidak hanya masyarakat Indonesia sendiri yang menggunakan pakaian ini, namun masyarakat luar negeri pun kini turut mengenakannya. Keberhasilan ini juga tidak lupa karena dukungan dari pemerintah dan elemen masyarakat itu sendiri untuk terus mempromosikan karya bangsa kepada masyarakat luar negeri.
2.      Dampak  Negatif  Globalisasi
Seperti yang telah dijelaskan oleh penulis pada poin sebelumnya bahwa globalisasi membawa pengaruh besar terhadap kebudayaan bangsa melalui berbagai cara. Ditambah dengan sikap masyarakat Indonesia yang kurang cermat dalam menerima setiap bentuk globalisasi membuat sistem globalisasi ini dengan mudah membawa dampak negatif bagi budaya bangsa dalam bentuk kesenian daerah dan nilai-nilai budaya tersebut. Beberapa dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh globalisasi diantaranya lunturnya nilai-nilai budaya bangsa. Liberalisasi yang merupakan pendukung utama dalam praktik globalisasi ini membuat seseorang bebas untuk menentukan pilihan dan tujuannya. Dan oleh karena liberalisasi ini dan didukung kemajuan teknologi dan informasi membuat kebudayaan dari luar bebas masuk ke negara kita. Hanya saja masyarakat Indonesia sebagian begitu lengah dan kurang memahami betapa pentingnya menjaga nilai-nilai budaya bangsa, sehingga nilai-nilai budaya tersebut semakin lama semakin luntur akibat datangnya nilai-nilai budaya lain yang sebenarnya tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Misalnya nilai-nilai yang terkandung dalam paham sekulerisme. Paham ini sangat tidak sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia yang telah memiliki kepercayaan atau agama sebagai pedoman hidup. Sekulerisme disini sangat mencari kesenangan di dunia dan tidak memperdulikan hubungannya dengan Yang Maha Kuasa. Salah satu bentuk dari sekulerisme ini adalah kehidupan dunia malam yang sekarang sudah menjamur di kota-kota besar di Indonesia.  
Beberapa contoh lain dari dampak negatif globalisasi ini adalah lunturnya semangat gotong-royong dan kebersamaan atau dalam kontek ini menciptakan nilai budaya individualisme dalam masyarakat Indonesia. Kita tahu bahwa masyarakat Indonesia sangat erat kaitannya dengan semangat gotong-royong atau kekeluargaannya, kita dapat merasakannya jika kita hidup di pedesaan yang masih kental dengan budaya gotong royong. Bahkan jika kita kembali pada saat proses perumusan Pancasila, Soekarno dalam pidatonya mengatakan bahwa dari kelima dasar negara yang disampaikan pada sidang BPUPKI I dapat dikerucutkan lagi menajadi tiga sila atau trisila, dan dari tiga sila tersebut dapat dikerucutkan lagi menjadi satu sila atau ekasila yaitu gotong royong. Jadi sangat jelas disini bawa budaya gotong-royong memang merupakan salah satu dari jati diri bangsa Indonesia. Namun nampaknya budaya gotong royong saat ini mulai hilang di tengah arus globalisasi. Salah satu contoh konkritnya adalah permainan tradisional yang mulai ditinggalkan oleh anak-anak zaman sekarang. Padahal jika kita sadari nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tradisional tersebut memiliki nilai-nilai yang sangat bermanfaat untuk anak-anak itu sendiri. Misalnya nilai-nilai kekeluargaan dan gotong royong dalam permainan tradisional yang dimainkan secara kelompok.  Akan tetapi pada saat ini anak-anak lebih menyukai permainan modern seperti game online yang pada dasarnya permainan ini mengajarkan untuk menjadi seorang yang individual, jauh dari nilai gotong-royong. Seperti virus yang cepat menyebar, permainan game online sekarang ini juga mulai dikenal oleh anak-anak di pedesaan tidak hanya anak-anak yang tinggal di perkotaan saja. Sehingga sangat perlu kita sebagai generasi yang masih hidup sekarang ini menghidupkan kembali dan melestarikan  permainan-permainan tradisional yang sarat akan nilai gotong-royong bagi anak-anak. Karena bagaimanapun juga permainan tradisional tersebut juga termasuk salah satu bentuk kebudayaan bangsa Indonesia yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita pada zaman dahulu.
Begitu juga dengan kesenian daerah kita yang tidak luput dari pengaruh negatif globalisasi tersebut. Modernisasi yang terjadi di dalam globalisasi ini telah membuat masyarakat Indonesia khususnya para remaja menjadi anti terhadap apa saja yang berbau tradisional. Termasuk dalam hal ini adalah kesenian tradisional daerah negara kita. Padahal tidak semua yang berbau modernisasi baik untuk masyarakat Indonesia. Jika tidak diimbangi dengan pengembangan kesenian daerah kita lambat laun kesenian daerah Indonesia akan hilang dar peradaban bangsa.

C.       Menjaga Eksistensi Kesenian Daerah dan Nilai-Nilai Budaya Indonesia dalam Globalisasi
Seperti apa yang telah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya bahwa arus globalisasi di era sekarang ini telah membawa berbagai dampak di seluruh aspek kehidupan bangsa, khususnya aspek kebudayaan. Indonesia yang merupakan negara dengan kebudayaan yang beragam jenis dan bentuknya kini tengah mengalami persoalan tentang bagaimana menjaga eksistensi kebudayaan tersebut dalam pusaran globalisasi. Dan dalam hal ini kita sebagai generasi yang masih hidup di era globalisasi ini sudah selayaknya berupaya untuk menjaga kesenian daerah dan nilai-nilai budaya  kita agar tetap bertahan dan tetap lestari sampai kapan pun.
Pada kesempatan kali ini penulis akan berusaha menjelaskan bagaimana menjaga eksistensi kesenian daerah dan nilai-nilai budaya Indonesia melalui peran serta seluruh lapisan warga Indonesia, baik itu dari pemerintah, pihak swasta atau publik, maupun dari masyarakat itu sendiri. Tiga aktor tersebut pada dasarnya merupakan elemen yang memang harus saling bekerja sama dan tidak terpisahkan. Karena kesenian daerah dan nilai-nilai budaya bangsa  tersebut adalah milik bersama bukan milik daerah tertentu meskipun antar daerah memiliki kesenian yang berbeda-beda, akan tetapi sesuai dengan semoboyan bangsa kita Bhineka Tunggal Ika maka demi tercapainya tujuan untuk menjaga eksistensi kesenian daerah perlu dukungan dari semua pihak tanpa terkecuali.
a.       Pemerintah
Pemerintah merupakan lembaga yang paling berwenang dan memiliki otoritas tertinggi dalam mengatur segala aspek kehidupan warga dan negaranya. Misalnya  melalui Undang-Undang, Peraturan Perundang-Undangan, dan konstitusi tertulis lainnya. Dan dalam hal ini, pemerintah Indonesia sejatinya telah mengeluarkan konstitusi tertulis atau undang-undang tentang menjaga kelestarian budaya Indonesia khususnya dari pengaruh globalisasi. Seperti yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 05 Tahun 2012 tentang Pelestarian Seni Tradisional. Dalam Peraturan Daerah ini juga tertuang bentuk perlindungan kesenian daerah setempat pada bagian BAB III Ruang Lingkup Pasal 8 ayat 1 yang isinya :
Perlindungan kesenian dapat dilakukan melalui:
a.       mencatat, menghimpun, mengolah dan menata informasi kesenian;
b.      registrasi;
c.       pendaftaran atas kekayaan intelektual;
d.      legalitas aspek budaya;
e.       penelitian; dan
f.       penegakan peraturan perundang-undangan
Bentuk perlindungan kebudayaan yang berupa kesenian daerah seperti pada pasal tersebut merupakan beberapa cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah, tidak hanya untuk pemerintah daerah Bandung tapi juga untuk seluruh pemerintah daerah di Indonesia.  Hal ini mengingat peran pemerintah sendiri sebagai fasilitator dan pihak yang paling bertangggung jawab dalam pelestarian kebudayaan daerah yang berupa kesenian daerah lokal. Namun pelestarian kesenian daerah tersebut tidak cukup hanya dalam bentuk undang-undang saja, melainkan harus dapat diimplemestasikan dalam berbagai acara atau pertunjukan. Misalnya pemeirintah baik pusat maupun daerah dapat mengadakan pagelaran kebudayan, festival, perlombaan kesenian daerah, pameran-pameran, dan sebagainya. Acara-acara tersebut dapat dikemas dengan nuansa modern untuk dapat menarik minat pengunjung lebih banyak, atau bisa juga menggelar acara-acara tersebut dengan skala lebih luas lagi atau mencakup peserta dari manca negara, dengan demikian melaui acara tersebut pemerintah juga memperkenalkan dan mempromosikan kesenian-kesenian daerah kepada masyarakat luas.
b.      Publik atau pihak swasta
Publik atau pihak swasta dalam kontek ini adalah mereka yang bekerja di bidang pertelevisian ataupun jurnalistik. Sebagaimana kita ketahui bahwa di era modern seperti sekarang ini televisi ataupun media elektronik dan cetak merupakan media yang paling efektif untuk menyebarkan berbagai berita dan informasi kepada masyarakat. Dan dalam hal ini, salah satu cara untuk melestarikan kebudayaan Indonesia baik itu berupa kesenian daerah dan melestarikan nilai-nilai kehidupan budaya bangsa dapat dilakukan melalui program-program yang ada di televisi. Seperti beberapa tahun lalu, penayangan kesenian daerah berupa wayang pernah dilakukan oleh salah satu stasiun TV swasta, namun sejak beberapa tahun terakhir acara tersebut sudah tidak ditayangkan kembali. Padahal dengan menayangkan acara tersebut merupakan salah satu cara yang efektif untuk tetap mempertahankan eksistensi kebudayaan Indonesia.
Mungkin hal itu dikarenakan serangan dari acara-acara lain yang lebih menarik dan cenderung disukai oleh anak-anak ataupun remaja yang sehingga pamor program kesenian itu kalah saing. Namun hal itu sejatinya dapat diatasi dengan menuangkan kreatifitas para orang-orang yang bekerja dibidang jurnalistik ataupun pertelevisian. Misalnya membuat program kesenian daerah tersebut dengan kemasan lebih segar, modern, dan mengikuti minat para pemirsa sekarang. Contohnya mengemas acara tersebut dalam bentuk animasi, kartun, acara komedi seperti Opera Van Java,  atau juga bisa dalam bentuk drama.  
c.         Masyarakat
Kebudayaan baik itu berupa kesenian ataupun dalam bentuk cagar budaya sangat bekaitan dengan masyarakat sebagai pewaris kebudayaan itu sendiri. Dalam hal ini, masyarakat  di harapkan memiliki kesadaran penuh untuk menjaga dan melestarikan kesenian daerahnya dan nilai-nilai yang terdapat di dalamnya agar mampu bertahan dalam perubahan zaman termasuk dalam pengaruh globalisasi. Kemampuan local genius yang telah dimiliki oleh masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu seharusnya dapat digunakan untuk menyaring setiap kebudayaan asing yang masuk untuk disesuaikan dengan kebudayaan sendiri. Namun akhir-akhir ini sikap masyarakat yang terlalu open mind dan open of change terhadap segala pengaruh luar membuat kebudayaan sendiri seperti kesenian dan nilai-nilai yang ada di dalamnya mulai luntur. Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa cara menurut penulis yang dapat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri baik untuk mencegah dampak buruk globalisasi tersebut secara lebih luas maupun untuk mengembalikan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga eksistensi kebudayaan bangsa tersebut.
Hal yang pertama yang dapat dilakukan oleh masrayakat adalah menumbuhkan kesadaran dalam diri masyarakat itu sendiri tentang pentingnya menjaga kelestarian kesenian daerah  melalui turut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan seperti ajang lomba, festival kesenian daerah, atau acara-acara kesenian daerah lain baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun dari pihak swasta. Dengan mengikuti ajang tersebut masyarakat dituntut turut memahami tentang seluk beluk kesenian daerah di Indonesia dan pada akhirnya mereka akan mengerti alasan-alasan mengapa kesenian daerah Indonesai yang begitu beragam dan uniknya harus selalu dijaga dan dilestarikan
Kemudian yang kedua, masyarakat secara informal dapat mendirikan suatu balai kesenian budaya atau sanggar budaya yang fungsinya sebagai tempat pelatihan dan pengembangan kesenian-kesenian daerah bagi para masyarakat. Misalnya dalam bentuk pelatihan tarian tradisional, bermain angklung, gendang, dan kesenian-kesenian yang lain. Dalam hal ini para anak dan remaja lah yang menjadi fokus objeknya. Karena pada saat usia anak-anak dan remaja masih memiliki semangat yang besar untuk belajar. Maka dari itu alangkah baiknya jika mereka para anak-anak dan para remaja mengikuti pelatihan dan pengembangan kesenian daerah tersebut.  Karena bagaimanapun juga para anak-anak dan remaja itu lah yang merupakan para generasi emas yang pada waktunya juga turut serta mewariskan kebudayan yang mereka miliki tersebut kepada generasi penerus.



BAB V
PENUTUP

KESIMPULAN

Globalisasi yang merupakan suatu bentuk sistem kehidupan yang lebih maju dari modernisasi telah membawa berbagai pengaruh terhadap setiap aspek kehidupan umat manusia, salah satunya di bidang kebudayaan yang berupa kesenian daerah dan nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia. 
Dalam praktiknya, globalisasi menyebarkan pengaruh-pengaruh tersebut melalui berbagai cara yang kadang kita sadari ataupun tidak kita sadari. Melaui aktivias setiap hari, segala bentuk globalisasi menyebar dari satu bangsa ke bangsa lain, dari satu individu ke individu lain, dan pada akhirnya kesenian daerah dan nilai-nilai budaya bangsa pun turut terkena pengaruh globalisasi itu. Kemajuan teknologi seperti handphone, internet, dan televisi turut menjadi penyumbang terbesar mengapa globalisasi dapat menyebar begitu cepat. Dengan kemajuan teknologi tersebut seseorang dapat dengan mudah memperoleh informasi dari berbagai belahan dunia manapun. Ditambah dengan kemajuan transportasi seseorang dapat berpergian dengan mudah dan cepat kemanapun ia inginkan. Dan karena kemajuan teknologi, transportasi, dan telekomunikasi tersebut membuat masyarakat Indonesia baik itu anak-anak dan para kaum remaja kini  cenderung menyukai hal-hal yang berbau barat. Segala  model fashion, aliran atau genre musik, gaya hidup, dan acara-acara hiburan yang berasal dari negara-negara barat kini sukses menghipnotis kaum muda. Karenanya mereka sekarang menjadi tidak familiar dengan hal-hal yang berbau tradisional, termasuk dalam hal ini adalah kesenian tradisional atau daerah. Kesenian daerah yang merupakan salah satu dari budaya bangsa kini bagaikan pasir di pantai yang semakin lama semakin pupus terbawa ombak. Begitu juga dengan nilai-nilai budaya bangsa seperti nilai kegotong-royongan dan kekeluargaan, sejak arus globalisasi ini masuk di negara kita, nilai-nilai budaya bangsa tersebut mulai luntur dari jati diri masyarakat Indonesia khususnya para kaum remaja. Hal itu terjadi karena masyarakat terlalu bersikap terbuka terhadap kebudayaan luar dan segala jenis kemajuan teknologi dan telekomunikasi tersebut.
Pengaruh yang dibawa oleh globalisasi pada dasarnya tidak hanya bersifat negatif saja melainkan terdapat pula pengaruh yang bersifat positif yang dapat kita peroleh jika kita cermat dalam menerima dan menyaring setiap bentuk globalisasi. Misalnya dengan kemajuan teknologi dan informasi dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan kesenian daerah di kancah internasional. Selain itu kita dapat mengakulturasikan kesenian daerah seperi batik dengan mode pakaian orang-orang barat. Sehingga secara tidak langsung kita turut melestarikan kesenian daerah kita. Namun disisi lain globalisasi juga membawa dampak negatif bagi kesenian daerah dan nilai-nilai budaya bangsa yang justru lebih besar pengaruhnya dari pada dampak postifnya. Misalnya tergesernya budaya bangsa dengan budaya barat, lunturnya jati dri bangsa seperti yang telah penulis utarakan pada paragraf sebelumnya, dan kesenian-kesenian daerah semakin tegerus oleh globalisasi tersebut.
Dan untuk mencegah dampak negatif globalisasi tersebut bagi kesenian daerah dan nilai-nilai budaya bangsa dan juga sebagai sarana pelestarian kesenian daerah tersebut maka dalam hal ini  diperlukan peran dari pemerintah, pihak publik atau pihak swasta  (para jutnalis atau yang bekerja di bidang pertelvisian) dan juga dari masyarakat itu sendiri. Misalnya peran pemerintah sebagai pihak yang paling bertanggung jawab untuk melestarikan kesenian daerah adalah membuat suatu peraturan untuk menjaga dan melestarikan kesenian daerah, memberikan anggaran untuk mendirikan suatu balai kesenian atau sanggar, atau menggelar acara kesenian daerah. Dari pihak publik atau swasta peran yang dapat dilakukan misalnya dengan membuat program televisi yang di buat model kartun, atau acara reality show yang pada umumnya acara-acara seperi itu sekarang menjadi favorit masyarakat. Sedangkan peran yang dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri misalnya membentuk suatu organisasi yang kegiatannya bertujuan untuk mengembangkan dan melestarikan kesenian daerah yang tentunya anggotanya lebih banyak dari para anak-anak dan remaja sebagai generasi penerus. Dengan demikian jika ketiga elemen yang terdiri dari pemerintah, pihak publik atau swasta, dan masyarakat secara bersama-sama melakukan perannya dengan baik dan sungguh tentu globalisasi bukan-lah menjadi suatu ancaman lagi bagi kesenian daerah dan nilai-nilai budaya bangsa.



SARAN

Kesenian daerah yang di warisakan oleh nenek moyang kita sejak zaman dahulu sampai sekarang hingga membentuk sebuah keberagaman dan keunikan tersendiri membuat kesenian-kesenian daerah tersebut menjadi sebuah karya yang tak ternilai harganya. Kesenian daerah tidak hanya dimiliki oleh sekelompok masyarakat lokal saja, namun dalam hal ini kesenian daerah adalah milik kita bersama, seluruh bangsa Indonesia. Begitu juga dengan nilai-nilai budaya yang telah lama melekat pada masyarakat Indonesia, yang telah menjadi jati diri bangsa Indonesia, dan kini mulai terkikis akibat pengaruh globalisasi. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis ingin memberikan sedikit saran kepada seluruh warga negara Indonesia, khususnya bagi penulis dan para pembaca makalah ini dari latar belakang manapun, dari suku apapun, dan dari profesi apapun,  untuk benar-benar peduli terhadap kesenian daerah kita dan nilai-nilai budaya yang telah lama mengakar kuat dalam diri bangsa Indonesia. Dan  jangan sampai karena arus globalisasi ini kesenian-kesenian daerah dan nilai-nilai budaya kita punah begitu saja.
Memang tidak mudah dalam hal ini melestarikan kesenian daerah dan nilai-nilai budaya tersebut. Iya, jika hal itu dilakukan secara sendiri-sendiri. Namun jika hal itu dilakukan bersama-sama, saling bersinergi, dan saling gotong-royong tentu saja akan lebih mudah dan lebih ringan. Kita bisa mulai melakukan kegiatan pelestarian kesenian daerah dan nilai-nilai budaya tersebut dari hal yang paling sederhana, misalnya memahami dan mempelajari kesenian daerah kiya, mengahyati nilai-nilai budaya kita, memperkenalkan kesenian daerah dan nilai-nilai budaya kita di lingkungan keluarga sebagai media sosialisasi primer. Karena melalui sosialisasi di lingkungan keluarga sebagai media sosialisasi primer ditambah dengan menanamkan nilai-nilai budaya sejak dini kepada anggota keluarga bisa menjadi cara yang efektif dalam melestarikan kesenian daerah dan nilai-nilai budaya tersebut.  Atau lebih luasnya lagi dengan melakukan suatu hal seperti apa yang telah penulis jelaskan dalam BAB Pembahasan pada bagian menjaga eksistensi kesenian daerah dan nilai budaya kita.
 Akhir kata, penulis berharap semoga sedikit saran yang penulis sampaikan dapat membawa perubahan yang lebih baik bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis untuk melakukan sesuatu yang dapat memberikan dampak yang positif bagi eksistensi kesenian daerah dan nilai-nilai budaya kita. Karena bagaimanapun juga kita sebagai manusia Indonesia yang masih hidup di zaman sekarang ini sudah menjadi suatu kewajiban bagi kita untuk melestarikan kesenian daerah dan nilai-nilai budaya bangsa kita untuk generasi yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Sujarwa. 2001. Manusia dan Fenomena Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset
Suhartini, B. 2011. Perspektif Global. Yogyakarta : Kanwa Publisher
Muryati, Kun. Suryawati, Juju. 2010. Sociology 1A for Senior High School Grade X Semester 1. Jakarta : Erlangga
Kun, Muryawati. Suryawati, Juju. 2012. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta : Erlangga
http://www.bandungtourism.com/files/Perda_no.5_thn_2012_Pelestarian_Kesenian_rtf.pdf
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=22048&val=1286



[1] Dengan ribuan pulau yang membentang sepanjang 5.120 km, wilayah Indonesia terdiri 30 % daratan, sementara sisanya 70% adalah lautan. Luas daratan Indonesia sendiri sebesar 1.910.000 km2 dan luas lautannya adalah 6.279.000 km2. Wilayah besar tersebut menjadikan Indonesia seluas Amerika Serikat atau setara jarak antara London dan Moscow. Pulau-pulau terkenal di Indonesia adalah Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua, kemudian sisanya adalah pulau-pulau kecil. Masing-masing pulau memiliki keunikan budaya, adat-istiadat, kepercayaan, makanan, cerita sejarah, serta keindahan bentangan alam yang mampu membuat siapa pun berdecak kagum. Indonesia memiliki populasi lebih dari 235 juta jiwa atau terpadat keempat di dunia. Terdiri kurang lebih 350 etnis suku dengan 483 bahasa dan budaya. Sumber : http://www.indonesia.travel/id/discover-indonesia
[2] Menurut para ahli, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan.Daerah Yunan terletak di daratan Asia Tenggara. Tepatnya, di wilayah Myanmar sekarang. Seorang ahli sejarah yang mengemukakan pendapat ini adalah Moh. Ali. Pendapat Moh. Ali ini didasarkan pada argumen bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari hulu-hulu sungai besar di Asia dan kedatangannya ke Indonesia dilakukan secara bergelombang. Gelombang pertama berlangsung dari tahun 3000 SM - 1500 SM dengan menggunakan perahu bercadik satu. Sedangkan gelombang kedua berlangsung antara tahun 1500 SM - 500 SM dengan menggunakan perahu bercadik dua. Sumber : http://www.academia.edu/8022980/SEJARAH_PEMINATAN_KELAS_X_IPS

[3] Ruben & Stewart dalam bukunya Communication and Human Behavior menjelaskan tentang culture shock. Menurut pendapat kedua tokoh tersebut bahwa culture shock merupakan hal yang selalu dan hampir terjadi (disease/wabah) dalam adaptasi budaya. Culture shock merupakan putus asa, ketakutan yang berlebihan, terluka, dan keinginan untuk kembali yang besar terhadap rumah. Hal ini disebabkan karena terdapat rasa keterasingan dan kesendirian akibat benturan budaya. Ketika seseorang masuk kedalam budaya lain, keluar dari zona nyamannya, maka seseorang itu akan mengalami hal tersebut. (Robert & Stewart, 2006 : 340). Sumber : http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20280962-Muhammad%20Hyqal%20Kevinzky.pdf
[4] Haryati Soebadio mengatakan bahwa local genius adalah juga cultural identity, identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, 1986:18-19). Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39569/3/Chapter%20II.pdf