|
TUGAS
INDIVIDU
MATA
KULIAH ILMU SOSIAL DASAR
REVIEW
FISIPOL’S RESEARCH DAYS 2014
9
Desember 2014
Kontradiksi
Implementasi Pemberdayaan KAKB
(Keluarga
Asuh Keluarga Binangun) Bagi Komunitas Waria
Pada kesempatan kali ini saya akan
berusaha meresume atau mereview mengenai penelitian yang telah dipaparka oleh
saudari Mutiara Ilma Islami tentang implementasi pemberdayaan KAKB bagi
komunitas waria. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon
Progo, DI Yogyakarta.
Mengenai latar belakang tentang
penelitian ini, menurut peneliti mengatakan bahwa waria tersebut merupakan
bagian dari PMKS dan juga bagian dari MDGs. Pertumbuhan waria sendiri yang
dibilang positif atau meningkat namun kontradiksi terhadap ruang hidupnya di
masyarakat. Dari latar belakang ini muncul pertanyaan besar mengapa waria-waria
itu masih turun jalan padahal sudah ada program KAKB ?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut
peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan studi kasus. Adapun
pengambilan informannya sendiri dari lima anggota KAKB Komunitas Waria dan
triangulasi kepada pihak pengurus PKBI (selaku fasilitator pemberdayaan), Pihak
Dinas Koperasi dan UMKM Kulon Progo, Tim Pembina Posdaya Kulon Progo, dan Badan
Pemberdayaan Masyarakat Pemerintah Desa dan Keluarga Bencana.
Pada pemaparan penelitian ini,
peneliti menjelaskan bahwa adanya komunitas waria ini dapat menjadi sebuah
wadah atau ruang bagi para waria tersebut. Karena dalam kehidupan di masyarakat
sendiri para waria tersebut kurang mendapatkan tempat untuk dapat menyatu dan
bersosialisasi secara normal, sehingga
dengan adanya komunitas waria mereka dapat berbagi antara satu dengan yang
lain. Sedangkan posisi PKBI dalam hal ini sebagai jembatan yang menghubungkan
antara waria-waria tersebut dengan masyarakat.
Menurut penelitiannya, waria-waria
yang dijadikan objek peneliti itu bukan saja berasal dari Kulon Progo, tetapi
juga berasal dari luar Kulon Progo. Alasan mengapa para waria tersebut lebih
memilih Kulon Progo sebagai tempat aksinya menurut sumber karena Kulon Progo
sendiri dalam hal persaingan antar waria sangat rendah dan sebagian mengatakan
Kulon Progo sendiri membuat nyaman bagi mereka. Untuk latar belakang waria
tersebut tidak seluruhnya memiliki pendidikan SD atau SMP namun sebagian dari
mereka ada yang berpendidikan SMA dan SMK.
Dalam hal pemberdayaan untuk para
waria sendiri dari program KAKB mengalami kegagalan untuk membuat para waria
tersebut berhenti mengamen. Hal itu dikarenakan
oleh dua kebijakan yaitu policy
content dan policy context.
Policy
content menunjuk pada keempat stakeholders (PKBI Kulon Progo, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo,
Bank Mandiri, dan Posdaya) dalam proses pemberdayaannya memiliki kepentingan
masing-masing. Dan pengembangan KAKB itu sendiri lebih mendekati pendekatan charity tanpa proses pengembangan
kapasitas dan kesadaran kritis. Sedangkan pada policy context menunjuk rendahnya rasa kesadaran waria terhadap
pemberdayaan KAKB yang disebabkan oleh identifikasi parsial dalam pengambilan
keputusan pemerintah. Di sisi lain rapuhnya komitmen pelaksana program KAKB
komunitas waria tersebut disebabkan oleh tidak adanya pertumbuhan kemandirian
yang kritis, peningkatan pertumbuhan ekonomi tanpa dibarengi oleh peningkatan kemampuan,
dan tidak adanya inovasi terhadap program tersebut.
Kesimpulan dari pemaparan
penelitian ini adalah penyebab para waria yang masih turun jalan disebabkan
karena masih rendahnya rasa kepemilikian para waria tersebut terhadap program
pemberdayaan KAKB. Adanya simbiosis mutualisme yang aktif untuk mempermudah
pencapaian kepentingan masing-masing sangat diperlukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar